- Seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) lingkup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Tengah (Loteng) dikerahkan untuk gotong royong membangun jembatan di Dusun Pemoles, Desa Batujangkih, Kecamatan Praya Barat Daya. Mulai Jumat (15/7), Pemkab Loteng dan jajarannya mulai berangkat dan menginap di lokasi. Jembatan Yondo mPamona di Kota Tentena, Poso setelah dilakukan renovasi penuh. Jembatan ini dianggap sebagai simbol persatuan karena proses pembangunannya yang dikerjakan masyarakat secara gotong royong pada abad ke 20. Foto Tim PaluPosoDanau Poso merupakan satu dari 10 danau purba di Indonesia dan menjadi kebanggaan masyarakat karena dianggap memberikan kehidupan untuk masyarakat sejak dulu hingga yang tinggal di sekitar Danau Poso memiliki ragam budaya serta tradisi turun-temurun dan kemudian menjadi kehidupan yang bernilai dan dipertahankan hingga pembangunan mulai mengikis budaya dan tradisi yang dianggap sebagai nilai sejarah persatuan dan kesatuan masyarakat di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, khususnya masyarakat yang menggantungkan kehidupannya di Danau Poso.“Bukan menolak pembangunan tetapi pentingkan nilai-nilai sejarah yang dipercaya masyarakat dan dianggap bernilai untuk kesejahteraan dan persatuan kami,” kata Ketua Dewan Adat Kelurahan Pamona Kristian Bontinge kepada media ini, Kamis 22/9.Salah satu bangunan yang dianggap sebagai sejarah dan memiliki nilai budaya yakni jembatan Yondo mPamona.“Bagi kami jembatan Yondo mPamona adalah monumen lambang gotong royong masyarakat karena proses pembangunannya yang bernilai budaya,” mPamona merupakan jembatan di sungai Poso, Kota Tentena yang dibangun sekitar abad ke-20 oleh masyarakat Poso dan dilakukan secara gotong itu dibangun dengan menggunakan kayu Kulahi sebagai tiang-tiangnya, kemudian gelagarnya yang tersusun berasal dari kayu pohon kacang hutan, sementara lantai dan relnya dari lembaran papan Jurnalis Palu tengah melintas di Jembatan Yondo mPamona di Kota Tentena, Poso. Jembatan ini dianggap sebagai simbol persatuan karena proses pembangunannya yang dikerjakan masyarakat secara gotong royong pada abad ke 20. Foto Tim PaluPoso“Masing-masing mereka membawa kayu dan bambu dan mulai membangun jembatan secara gotong royong dengan pengetahuan orang tua dulu yang sangat terbatas,” cerita Kristian, era tiga puluhan tiang-tiang dan lantai jembatan diperbaharui dan diberi atap, pengerjaannya juga masih dilakukan secara gotong royong. Kemudian tahun 1966 jembatan tersebut direnovasi pertama kali, di mana bahan yang dari bambu diganti dengan kayu dan atap rumbia diganti seng.“Setiap kali memperbaharui atau merenovasi, pengerjaan jembatan Yondo mPamona selalu dikerjakan secara gotong royong oleh masyarakat,” Kristian, jembatan Yondo mPamona bukan hanya sebagai penyeberangan namun juga bermakna lambang persatuan dan gotong royong yang tergambar dari setiap proses mengaku bangga dan agungkan jembatan Yondo mPamona karena setiap kayu berdiri dan membentang, serta tali yang direntang lurus di sungai Poso itu bernilai persatuan dan gotong royong.“Ketika masih dibuat dengan kayu maka kebersamaan dan gotong royong itu masih ada,” Yondo mPamona pertama kali dibongkar tahun 1983 dan dibangun kembali dengan bahan baku kayu Kulahi seluruhnya tanpa campuran. Tahun 1983 pun menjadi tahun peresmian jembatan 2019, jembatan Yondo mPamona kembali dibongkar dan menghilangkan ciri khas jembatan dengan mengganti material besi.“Jujur kami sangat kecewa karena menghilangkan ciri khas jembatan itu. Dulu kalau mengajarkan anak soal gotong royong kami hanya akan menunjukkan jembatan Yondo mPamona, sekarang bentuk jembatan saja sudah berbeda,” sesal Kristian. *LI
Jembatan Berkemajuan ke-11 ini adalah yang ke sekian kalinya kita membangun jembatan dengan dana non APBD. Dikerjakan oleh prajurit Kodim Sambas dan dibantu warga setempat, sebagai bukti tingginya nilai-nilai kebersamaan dan jiwa gotong-royong di Sambas," kata Bupati Sambas melalui Humas Pemkab Sambas Skepada RRI Senin (20/12/2021)

Editor Hari Widodo BARABAI-Semangat warga Desa Alat, Kecamatan Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah HST untuk segera bangkit, memperbaiki infrastruktur yang rusak dibuktikan. Pasca banjir bandang, mereka membangun jembatan darurat dari batang kelapa sebagai pengganti jembatan gantung yang rusak diterjang arus air sungai. Namun, Kamis 18 Februari 2021 kemarin jembatan darurat itu pun kembali hanyut, seiring meningkatnya debit air sungai Alat. Namun, warga tak patah semangat. Mereka langsung mencari bambu, agar akses dari Desa Alat ke Alat Seberang kembali terhubung. Baca juga Warga Alat HST Seberang Terisolasi, Jembatan Darurat Kembali Hanyut Terbawa Arus Deras Sungai Baca juga Air Sungai Hantakan dan Sungai Benawa Naik, Empat Warga Desa Alat HST Mengungsi ke Gunung Sebelumnya, warga ALat seberang terisolasi setelah jembatan darurat hanyut saat air sungai sangat deras. Untuk ke desa itu harus memutar lewat Desa Timan dengan jarak sekitar 2 kilometer dan atau ke Alat Ujung dengan jarak 500 meter. “Hari ini, jembatan darurat sudah selesai dibangun secara gotong royong,”ungkap Dayat, warga setempat kepada banjarmasin Menurut Dayat, sebenarnya tak hanya sekali ini jembatan darutar hanyut terbawa arus sungai. Tiap kali air sungai naik, dipastikan jembatannya hancur. Sebelumhnya juga dibuat jembatan dari bambu, larut, lalu dibangun lagai jembatan dari batang kelapa,”tambah Ilyasa, warga lainnya. Menurut Ilyasa, jembatan penghubung ini sangat penting, karena di Alat Seberang ada masjid yang menjadi tempat warga ALat melaksanakan salat Jumat. Baca juga Sumur Masih Tertutup Lumpur, Warga Desa Alat HST Terbantu Tim WASH PMI Pasok Air Tiap Hari Sedangkan Langgar Noorhidayah yang lenyap dan kini dibangunkan kembali oleh donator, belum selesai. Musala daruratpun hanya berkapasitas sekitar 20 orang. Desa ALat dan ALat Seberang sendiri dipisahkan oleh Sungai ALat. Warga berharap, pemerintah membangunkan kembali jembatan penguhubung kedua desa tersebut dengan konstruksi yang lebih kuat dan tahan banjir.

TATIYEID - Gotong royong memang sudah menjadi budaya di kalangan para petani. Tanpa memikirkan dan mengutamakan keuntungan para petani di Desa Talumelito, Dusun Buta'alea bergotong royong membangun jembatan darurat yang menjadi akses ke kebun milik Pua Age atau sering disebut 'ruang ekologi' yang saat ini dikelola oleh cucunya, Sutriono Pulubuhu.
Bergotong royong membangun jembatan yang menghubungkan antara desa A dan Desa B merupakan contoh hasil kebudayaan masyarakat yang berwujud a. gagasan b. tindakanc. karyad. warisan ​ Jawaban kalo salah
AwalulRahmah, warga setempat kepada Serambinews.com, Selasa (11/1/2022) menyebutkan, bahwa pemuda desa bersama para tokoh masyarakat melakukan gotong royong untuk membuat rakit supaya akses di kawasan itu tidak terputus. "Rakitnya terbuat dari bambu dengan lantai papan yang bisa dinaiki warga dan juga sepeda motor. Berdasarkan kesepakatan, untuk sepeda motor tarifnya Rp 10.000, untuk warga
MAMUJU - Warga Desa Bonda, Kecamatan Papalang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat Sulbar,terpaksa bergotong royong membangun jembatan darurat. Hal itu dilakukan lantaran jembatan penghubung anatara Dusun Tawaro dan Dusun Paniki Mamuju ini rusak akibat diterjang banjir beberapa waktu lalu. Bahkan sudah empat kali masyarakat desa membangun jembatan darurat lantaran sering rusak diterjang banjir. Jembatan darurat itu dibuat dari batang pohon kelapa, agar warga bisa melintas menggunakan sepeda motor atau berjalan kaki. Kepala Desa Bonda Abdul Wahab mengaku, sudah beberapa kali mengusulkan ke kabupaten untuk pembangunan jembatan tersebut. Namun, hingga sampai saat ini belum juga ada kabar baik untuk perbaikan jembatan yang utuh. "Kalau kita berharapnya dari Pemda dan Balai kita mau pembangunan jembatan permanen. Untuk mengusul ini sudah tiga kali musrembang, tapi di rapat kemarin musrembang tahun ini belum ada jawab dari dinas PUPR terkait perbaikan jalan," kata Abdul Wahab saat dihubungi Jumat 2/6/2023. Namun demikan,Wahab juga tidak bisa mengatakan apakah tidak ada bantuan untuk tahun ini. Karena pemerintah kecamatan dan desa juga sudah melakukan rapat dengan dinas PUPR dan Balai. "Saya juga tidak berspekulasi soal itu, jangan sampai adaji bantuan untuk tahun ini. Kecuali kalau lewat tahun ini tidak ada lagi berarti tidak ada itu," katanya. Menurut Wahab,biaya pembangunan jembatan untuk jadi permanen itu diperkirakan akan menghabiskan biaya sampai Rp 6 sampai Rp 7 miliar. "Kita tidak bisa bangun jembatan itu kalau hanya menggunakan anggaran dana desa," ujar dia. Dia menjelaskan, rusaknya jembatan tersebut membuat warga kesulitan jika hendak mengurus administrasi ke kantor desa. Warga harus melewati jalan akses alternatif sejauh 15 kilometer dari Dusun Tawaro ke Dusun Paniki. TIMESINDONESIA PAMEKASAN - Warga Palengaan Laok Kecamatan Palengaan Kabupaten Pamekasan bergotong royong membangun jembatan ambruk. Rabu (24/3/2021). Jembatan tersebut merupakan penghubung mushalla Sumber Guna KH Romli dan kediaman Muhammad Shodiq di Dusun Jati Jajar. SONGGON, Jawa Pos Radar Genteng – Warga Dusun Gumuk Candi, Desa/Kecamatan Songgon gotong royong membangun jembatan darurat di kampungnya yang menghubungkan Dusun Gumuk Candi dengan Dusun Tegalrejo, Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Minggu 29/1. Jembatan yang dibangun pada 1975 ini, sebelumnya putus pada Jumat 18/11/2022 karena tergerus air saat turun hujan deras. “Ini menghubungkan Desa Bayu, setiap hari ramai dilewati warga,” terang Sekretaris Desa Sekdes Songgon, Yakup Haryanto. Menurut Sekdes, jembatan ini sangat dibutuhkan oleh warga. Sehingga, pemerintah desa menganggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa APBDes Songgon 2023. “Di APBDes 2023, kami anggarkan untuk membangun jembatan sementara,” cetusnya. Jembatan sementara itu, jelas dia, terbuat dari kayu dan bambu. Berbeda dengan sebelumnya yang menggunakan bahan dari batu yang disusun. “Sementara ini jembatan dibangun dari kayu dan bambu dulu, sambil menunggu perbaikan dari Pemkab Banyuwangi” katanya. Mantan Kepala Dusun Pakis itu mengungkapkan, pembangunan jembatan sementara dilakukan oleh masyarakat dengan gotong royong. “Perangkat desa pemdes ikut gotong royong membangun jembatan,” ujarnya. Untuk pembangunan jembatan sementara ini, Sekdes mengungkapkan Pemdes Songgon telah menganggarkan Rp 93 juta. Dana itu dialokasikan untuk sub bidang pembangunan kawasan permukiman. “Pos anggaran itu salah satunya untuk membangun jembatan sementara di Dusun Gumuk Candi ini,” ungkapnya. Salah satu warga sekitar, Masriati, 58, mengaku senang setelah jembatan sementara itu selesai dibangun. Sebab, selama dua bulan warga harus memutar bila akan ke Desa Bayu. “Sekarang sudah bisa lewat jalan yang biasanya, ini lebih mudah dan cepat,” tuturnya. Selama dua bulan, Masriati harus memutar lewat pekarangan rumah warga bila akan ke Desa Bayu. Jalur itu hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. “Kalau mobil tidak bisa dan harus memutar cukup jauh,” ungkapnya.gas/abi Terkini KvHre1M.
  • c9ysjpygns.pages.dev/58
  • c9ysjpygns.pages.dev/341
  • c9ysjpygns.pages.dev/454
  • c9ysjpygns.pages.dev/297
  • c9ysjpygns.pages.dev/190
  • c9ysjpygns.pages.dev/489
  • c9ysjpygns.pages.dev/152
  • c9ysjpygns.pages.dev/39
  • gotong royong membangun jembatan