BerharapHanya Kepada Allah Diposkan pada September 20, 2021 oleh admin Ali bin Abi Thalib pernah berkata, "Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia." Allah SWT akan selalu menyandingkannya dengan kebaikan.

JIKA hati ingin selalu bahagia, janganlah bergantung pada siapapun, selain pada Allah SWT. Karena siapapun yang sepenuhnya bergantung kepada Allah SWT, maka tentu Allah SWT akan selalu menjamin bahagia untuknya. Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.” BACA JUGA Untukmu yang Suka Berharap dan Memberikan Harapan, Perhatikan 8 Nasihat Ini Allah SWT akan selalu menyandingkannya dengan kebaikan. Sebab, Allah SWT takkan pernah mengecewakan hamba-hambanya yang selalu menaruh pengharapan pada-Nya. Anda akan mengerti arti kebahagiaan bila hati Anda selalu ditautkan pada Allah SWT, Anda akan selalu mendapatkan kedamaian dalam hidup Anda bila setiap saatnya Anda mampu rujukkan hati Anda pada-Nya. Bila Anda sudah dekat dengan Allah SWT tak peduli dalam keadaan lapang atau terkekang oleh pahitnya kehidupan, bila hati sudah dekat dengan-Nya maka tentu apapun yang terjadi takkan pernah mengusik kedamaian yang ada. Anda akan terhindar dari sakitnya rasa kecewa dalam sebuah pengharapan, bila Anda tahu caranya berharap hanya pada Allah SWT. Berharap pada janji manusia boleh-boleh saja, tapi sebelum Anda sepenuhnya percaya bingkailah terlebih dulu untuk mengharap pada Allah SWT, agar kenyataan yang tak sesuai dengan harapan tak serta merta menyakiti Anda. Anda akan mendapat kebahagiaan Anda dengan utuh, bila Anda tak hanya pandai mencari Allah SWT saat sedang susah saja. Karena kehidupan seseorang yang waktu lapangnya selalu mengingat Allah SWT, dekat dengan Allah SWT, dan bahkan selalu mengharap kebaikan Allah SWT. Maka tentu saat susah pun ia takkan merasa bahwa ia sedang susah, sebab Allah SWT sudah terlebi dulu memberinya kekuatan untuk bersabar dan ikhlas. Anda akan selalu mendapat ketenangan dalam hidup Anda, bila Anda tahu caranya mengingatkan hati untuk tak pernah melupakan Allah SWT. Karena hati yang selalu mengingat akan kehadiran Allah SWT, yang selalu menyadari bahwa Allah SWT sangatlah dekat, dan yang selalu tahu bahwa Allah SWT takkan pernah meninggalkan kita, maka disitulah akhirnya bahagia akan selalu menyanding. BACA JUGA Saat Sekarat, Manusia Berharap Kembali ke Dunia Karena hidup akan selalu terasa bahagia dan mendamaikan, bila hati selalu sadar bahwa tanpa Allah SWT kita bukan apa-apa. Oleh karenanya, bila Anda ingin hidup selalu bahagia dan damai, maka bergantunglah pada Allah SWT sebanyak mungkin, kapanpun dan dimanapun Anda berada. []
BerharapSelalu Pada-Nya Atau barangkali ini hanya skenario hukum untuk memperlihatkan kepada masyarakat bahwa aparat hukum sedang tidak main-main dalam penegakan hukum. sedapat mungkin dan beribadahlah kepada Allah pada pagi dan sore hari, pada sebagian dari malam hari dan bersikaplah al-qashd (mengambil pertengahan dan
– Berharap hanya kepada Allah SWT, tak akan membuat kita kecewa. Lain halnya, ketika kita menggantungkan harapan kepada manusia, kecewa dan hancur mungkin saja terjadi. Sebagaimana kata-kata Ali bin Abi Thalib yang mengatakan, “Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.” Harapan adalah bagian dari fitrah manusia yang tidak mungkin ditinggalkan. Orang yang tidak memiliki harapan, pada hakekatnya adalah manusia yang mati, mengingat harapan merupakan titik awal manusia untuk selalu berkembang menuju kehidupan yang lebih baik. Berharap hanya kepada Allah SWT, merupakan ibadah hati yang begitu istimewa. Sebab, ibadah ini dapat dilakukan tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga, hanya melibatkan perasaan hati saja. Para ulama berkata, barang siapa yang tidak pernah berharap hanya kepada Allah SWT, maka ia adalah seorang hamba yang kosong. Sebab, ia merasa bahwa dirinya mampu melakukan semuanya tanpa melibatkan Sang Pencipta. Allah SWT berkata kepada seluruh hamba-Nya, “Wahai umatku, kalian adalah orang fakir kepada Allah”. Fakir yang dimaksud adalah, sangat membutuhkan Allah SWT, baik itu pertolongan-Nya, rahmat, serta kasih sayang-Nya. Tanpa campur tangan Allah, kita tak akan bisa melakukan sesuatu apa pun. Agar kita selalu menggantukan harapan kepada-Nya, mari simak beberapa keutamaannya berikut ini Raja’ yang berasal dari bahasa Arab, memiliki arti harapan. Adapun yang dimaksud raja’ pada pembahasan kali ini adalah, mengharapkan keridhaan Allah SWT dan rahmat-Nya. Raja’ merupakan salah satu akhlakuk karimah terhadap Allah SWT, yang manfaatnya dapat mempertebal keimanan dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Umat Islam yang mengharapkan ampunan dari Allah, berarti ia mengakui bahwa Allah itu Maha Pengampun. Begitupun bagi umat Islam yang mengharapkan agar Allah melimpahkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, berarti ia telah meyakini bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Oleh karena itu, sudah sepatutunya, sebagai umat Islam kita berharap hanya kepada Allah SWT saja. Bahkan, Allah SWT telah memerintahkan kepada setiap hamba-Nya, agar berdoa kepada-Nya, dengan harapan doa tersebut akan dikabulkan. Allah Ta’ala berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…” QS. Al-Mu’min, 4060 Setiap manusia yang berharap hanya kepada Allah, mereka akan mendapatkan hikmah dan keutamaan sebagai berikut 1. Optimis Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI optimis memiliki arti, orang yang selalu berpengharapan atau berpandangan baik terhadap segala sesuatu. Optimis merupakan sifat terpuji, yang semestinya dimiliki oleh setiap umat Islam. Seorang muslim yang optimis, tentu akan selalu berprasangka baik terhadap Allah. Mereka akan selalu berusaha agar kualitas hidupnya meningkat. Adapun kebalikan dari sifat tersebut adalah sifat pesimis. Sifat tersebut seharusnya bisa kita jauhi, karena termasuk ke dalam sifat tercela. Seorang yang memiliki sifat pesimis, kerap berprasangka buruk dengan segala hal, termasuk kepada Allah SWT. Dengan memelihara sifat pesimis, seseorang tidak akan dapat hidup maju. Sebab, mereka selalu khawatir akan kegagalan, kehancuran, kerugian, sehingga enggan untuk mencobanya. Umat Islam yang memiliki sifat optimis, biasanya akan berharap hanya kepada Allah. Sehingga mereka akan mendapatkan pertolongan dari-Nya. Allah SWT berfirman, “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.” QS. Ath-Thalaq, 65 3. 2. Dinamis Mereka yang selalu berharap hanya kepada Allah SWT, memiliki jiwa yang dinamis. Selama hidupnya, mereka enggan hanya berpangku tangan. Mereka akan berusaha secara sungguh-sungguh demi meningkatkan kualitas dirinya ke arah yang lebih baik. Sikap seseorang yang dinamis, sebenarnya sesuai dengan fitrah manusia, yang memiliki kecenderungan untuk meningkat ke arah yang lebih baik. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat dalam kehidupan.” QS. Al Insyiqaq, 84 19 Seorang muslim yang telah meraih prestasi, baik dalam bidang positif, hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan prestasinya ke arah yang lebih baik. Hal ini sebagaimana yang dianjurkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an dan anjuran Rasulullah SWT dalam hadist-nya. Allah Ta’ala berfirman, “Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” 94 7-8 Rasulullah juga bersabda yang artinya, “Bararang siapa yang amal usahanya lebih baik dari kemarin maka orang itu termasuk orang yang beruntung, dan jika amal usahanya sama dengan kemarin, termasuk yang merugi, dan jika amal usahanya lebih buruk dari yang kemarin, maka orang itu termasuk yang tercela”. Tabrani 3. Berpikir Kritis Seseorang yang berpikir kritis, biasanya tidak lekas percaya dan selalu berusaha menemukan kesalahan, kekeliruan atau kekurangan. Kritik terdiri dari dua macam, ada yang terpuji dan ada pula yang tercela. Kritik terpuji adalah kritik yang sehat, dengan didasari niat ikhlas karena Allah SWT, tidak menggunakan kata-kata pedas, apalagi sampai menyakiti hati. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, berikut, “Yang dinamakan orang Islam, adalah orang yang menyelamatkan orang-orang muslim lainnya dari gangguan lidah dan tangannya, sedang yang dinamakan orang hijrah itu adalah orang yang meninggalkan semua larangan Allah.” HR. Bukhari, Abu Dawud, dan Nasa’i. 4. Mengenali Diri dengan Mengharap Keridaan Allah SWT Salah satu cara untuk berharap hanya kepada Allah SWT, adalah berusaha mengenali diri sendiri. Hal ini sesuai dengan pepatah yang terkenal di kalangan tasawuf, “Barangsiapa yang mengenal dirinya tentu akan mengenal Tuhannya”. Bagi setiap mukmin yang mengenali dirinya, tentu akan selalu introspeksi apakah dirinya sudah betul-betul menghamba kepada Allah SWT? Jika sudah, maka bersyukurlah dan tingkatkan kualitasnya. Jika belum, maka kembalikan ke jalan yang Allah SWT ridai. Mukmin yang mengenali dirinya akan menyadari bahwa ia hidup karena Allah dan bertujuan untuk memperoleh keridaan Allah. Mukmin yang ketika di dunianya memperoleh kerdiaan Allah, tentu di alam kubur dan alam akhiratpun akan memperoleh rida Allah SWT, ia akan terbebas dari siksa kubur dan azab neraka dan akan mendapatkan nikmat kubur serta pahala surga. Akibat dari Berharap kepada Selain Allah Setiap manusia, pastinya pernah menggantukan harapan selain kepada Allah SWT. Misalnya, beraharap kepada manusia lainnya. Berharap kepada manusia, sering kali berakhir dengan kekecewaan. Maka dari itu, kita dianjurkan untuk berharap hanya kepada Allah SWT. Sebab, jika tidak, kamu akan merasakan akibatnya sebagai berikut 1. Sakit Hati Ketika tidak berharap hanya kepada Allah, bukan tidak mungkin kamu akan merasakan sakit hati. Seperti halnya, kamu mengharapkan cinta dari manusia, tetapi pada akhirnya dia meninggalkanmu. Untuk itu, jangan pernah gantungan harapanmu kepada manusia. Lakukan semua hal atas dasar niat yang tulus. Selain itu, selalu libatkan Allah di dalamnya. 2. Tidak Dapat Menghargai Pencapaian yang Telah Dilakukan Saat kamu menggantungkan harapan kepada manusia, tapi pada akhirnya ekspektasi hanya sekadar angan. Hal tersebut hanya akan membuatmu sulit percaya atas kemampuan dan perjuangan yang telah dilakukan. Karena kamu tidak berharap hanya kepada Allah, maka kamu akan merasa menjadi manusia yang randah hanya karena ada satu hal yang tidak tercapai. 3. Menjadi Kurang Bersyukur Akibat tidak berharap hanya kepada Allah, menjadikanmu sebagai seseorang yang selalu mematokkan keberhasilan dari pencapaian orang lain. Sikap tersebut, tentunya akan membuatmu lupa, bahwa banyak nikmat dari Allah yang patut disyukuri. Allah selalu memberi kesempatan untuk setiap manusia agar berjuang dan bedoa kepada-Nya. Maka dari itu, berhenti untuk selalu berharap kepada manusia, dan berharap hanya kepada Allah SWT. Sebab, takdir Allah selalu lebih indah dari rencana kita. Ketika kamu sudah memasrahkan semuanya kepada-Nya, hatimu akan selalu tenang, meski kesulitan menghampiri. 4. Selalu Menyalahkan Diri Sendiri Rasa bersalah mungkin akan selalu menghampiri, ketika kamu terlalu berharap kepada selain Allah. Sebab, kamu belum mampu mewujudkan harapan tersebut. Padahal, jika kamu tidak berharap terlalu tinggi, ketika kegagalan menghampiri, justru kamu dapat menjadikannya sebagai pelajaran berharga. Selalu ingat, bahwa suatu saat manusia akan belajar dan menang. Ketika ikhlas dan pasrah kepada-Nya, kamu pasti akan menyadari, bahwa kegagalan hari ini adalah pembelajaran untuk jalan ke depan. Selalu introspeksi diri dan perbaiki kekurangan, agar dapat menjadi manusia yang lebih baik. 5. Trauma untuk Memulai Hal Baru Terlalu sering menaruh ekspektasi terhadap orang lain, hanya akan menimbulkan kekecewaan yang mendalam. Biasanya, kegagalan yang tidak tercapai, hanya akan membuatnya trauma untuk memulai hal baru. Rasa ketakutan akan hal buruk yang terjadi menghambat seseorang untuk berprogres kembali. Oleh karena itu, sebaiknya berharap hanya kepada Allah. Jika suatu saat harapanmu tidak sesuai ekspektasi, kamu tidak akan terlalu sakit dan kecewa. Sebab, kamu percaya, bahwa segala yang terjadi merupakan rencana terbaik-Nya. Setidknya, kamu dapat mengambil hikmah dari segala hal yang terjadi. Cara untuk Mewujudkan Sebuah Harapan Islam berpendapat, apabila seseorang memiliki harapan, maka mereka harus melakukan dua hal untuk mewujudkannya, yaitu 1. Ikhtiar Ikhtiar adalah sebuah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya. Mulai dari spiritual, material, hingga kesehatan. Ikhtiar harus dilakukan dengan sepenuh hati dan semaksimal mungkin. Namun, jika usaha tersebut gagal, hendaknya kita tidak berputus asa. Kita sebaiknya mencoba lagi dengan lebih keras dan tidak berputus asa. Agar ikhtiar atau usaha kita dapat berhasil dan sukses, hendaknya melandasi usaha tersebut dengan niat ikhlas untuk mendapat ridha Allah, berdoa dengan senantiasa mengikuti perintah Allah yang diiringi dengan perbuatan baik. 2. Berdoa Selain berikhtiar, jangan pernah melupakan doa. Secara bahasa, doa berasal dari kata “Da’a” yang artinya memanggil. Sedangkan menurut istilah, syara’ doa berarti “Memohon sesuatu yang beramnfaat dan memohon terbebas atau tercegah dari sesuatu yang mudharat. Pada hakekatnya segala sesuatu di dunia ini merupakan bentuk dari kekuasan Allah SWT, jadi kita di dunia ini hanyalah seorang budak yang lemah, hina, dan tak punya apa-apa, Oleh karenanya kita membutuhkan pertolongan dari Allah SWT. Jadi, itulah ulasan mengenai berharap hanya kepada Allah. Islam sendiri, telah menganjurkan manusia untuk selalu berharap, tetapi berharap hanya kepada Allah, karena Allah adalah Tuhan yang maha kuasa atas segalanya. Sebagaimana firman berikut ini وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ “Dan hanya kepada Tuhanmulah Allah SWT hendaknya kamu berharap”. Qs Al Insyirah 8. Baca Juga 5 Solusi untuk Mengobati Rasa Sakit Hati Semoga kita adalah salah satu hamba yang selalu menggantungkan harapan hanya kepada Allah SWT.

Danhanya Allah yang bisa membalas kebaikan dengan sempurna, bagi orang yang memang berharap kepada-Nya. Firman Allah Ta'ala, وَمَا تُنفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لَا تُظْلَمُونَ ﴿٢٧٢﴾

Khutbah Pertama الحمد لله الكريمِ المنَّان ، الرحيمِ الرحمن ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ؛ واسعُ الفضل والعطاء والجود والامتنان ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله ، وصفيُّه وخليله ، المؤيَّد من ربه بالحجة والبرهان ؛ صلى الله وسلَّم عليه وعلى آله وصحبه ومن اتَّبعهم بإحسان . أما بعد أيها المؤمنون عباد الله اتقوا الله تعالى ؛ Kaum muslimin, Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, Allah pasti menjaganya. Dia akan menunjuki orang tersebut menuju perkara yang terbaik di dunia dan akhirat. Takwa kepada Allah adalah mengerjakan ketaatan kepada-Nya berdasarkan wahyu yang sudah Dia turunkan. Dan disertai dengan mengharap pahala dari sisi-Nya. Kemudian meninggalkan maksiat berdasarkan wahyu-Nya dan disertai perasaan takut akan adzab-Nya. Ibadallah, Ada sebuah kalimat yang agung, yang diucapkan oleh Khalifah ar-Rasyid Ali bin Abu Thalib radhiallahu anhu, kalimat ini termasuk jawami’ul kalam, kalimat yang sempurna, dan besar manfaatnya karena membawa kepada kesuksesan dunia dan akhirat. Beliau mengatakan, “Rasa harap dan takut adalah dua amalan hati yang tidak bisa diteliti dan diketahui kecuali hanya Allah Tabaraka wa Ta’ala saja. Dialah yang mengetahui apa yang ada di hati. Dialah yang ilmunya meliputi segala sesuatu. Dan menghitungnya secara terperinci. Ibadallah, Rasa harap atau dalam bahasa syariat ar-raja’, hanya boleh dalam hal yang baik. Seseorang berandai-andai atau berkeinginan hanya boleh dalam hal yang baik baik tentang dunia atau akhirat. Dan semuanya itu di tangan Allah Azza wa Jalla. Yang mendatangkan kebaikan hanyalah Allah. Dan tidaklah seseorang dipalingkan dari keburukan kecuali Allah jugalah yang memalingkannya. Allah Ta’ala berfirman, وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ “Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya.” [Quran Yunus 107]. Dan firman-Nya مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ “Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Quran Fathir 2]. Oleh karena itu, wajib bagi seseorang dalam setiap rasa harap atau raja’ nya untuk senantiasa hatinya bergantung kepada Allah. Tidak boleh ia berharap kecuali hanya kepada Allah. Tidak boleh berharap kebaikan dunia dan akhirat kecuali hanya kepada Allah. Karena semua kebaikan berada di tangan dan kuasa Allah Jalla fi Ula. Tidak boleh seseorang menggantungkan hati dan cita-citanya hanya kepada dirinya, kecerdasannya, pemahamannya, usahanya, dan juga kepada orang lain. Gantungkanlah hati dan harapannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan juga seseorang hanya mengatakan, “Aku tidak berharap kecuali hanya kepada Allah.”, tapi seharusnya ia juga tancapkan hal itu dalam keyakinannya dengan penuh keimanan di hati. Sehingga membuahkan rasa percaya yang kuat kepada Allah. Rasa tawakal kepada-Nya. Dan melakukan ketaatan untuk meraih ridha-Nya. Inilah yang diinginkan dari seseorang yang jujur keimanannya yang benar-benar berharap kepada Allah. Ibadallah, Adapun tentang rasa takut. Rasa takut itu hendaknya pada keburukan dan kejelekan. Dan tidaklah ada yang memalingkan seseorang dari keburkan tersebut kecuali hanya Allah. Keburukan datang dan bersumber karena dosa-dosa seseorang. Sebagaimana firman Allah Tabaraka wa Ta’ala وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu.” [Quran Asy-Syura 30]. Jadi, musibah yang terjadi pada kita dikarenakan usaha kita sendiri. Oleh karena itu, hendaknya seseorang takut dengan dosa-dosanya. Dosa-dosa itulah yang menjadi penyebab datangnya keburukan, hukuman, kejelekan, dan kemudharatan di dunia dan akhirat. Ibadallah, Ketika seseorang memiliki sifat demikian tidak berharap kecuali hanya kepada Allah dan takut akan dosa-dosanya, pastilah kehidupannya akan lurus. Dan ia senantiasa berada dalam ketaatan dan perbuatan baik. Jauh dari dosa. Ia akan mewujudkan tauhid kepada Allah Jalla fi Ula. Waspadailah segala sesuatu yang mengantarkan Anda hanya pada pengakuan saja. Karena terkadang seseorang mengaku berharap hanya kepada Allah dan takut akan dosanya, tapi ia jatuh dalam pengakuan saja tanpa ia sadari. Diriwayatkan Imam Ahmad dalam kitabnya az-Zuhud, dari Muawiyah bin Qarah, ia berkata, “Aku menemui Muslim bin Yasar. Aku berkata padanya, Aku tidak punya amalan yang besar kecuali aku hanya berharap kepada Allah Azza wa Jalla dan takut pada-Nya.” Muslim berkata, “Masyaallah… Siapa yang takut terhadap sesuatu, maka ia akan mewaspadai hal itu. Siapa yang berharap, ia akan mendekatinya. Aku tidak tahu kadar rasa takut seseorang yang ia dihadapkan kepada syahwat, kemudian ia memperturutkannya. Apa yang dia takutkan kalau begitu? Atau seseorang ditimpa musibah, kemudian ia tidak bersabar. Rasa harap macam apa itu?” Muawiyah berkata, “Jika demikian, sungguh aku telah salah sangka terhadap diriku. Dan aku tidak merasakan hal itu.” Ibadallah, Mari kita berjihad terhadap diri kita sendiri untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah. Untuk memperbaiki hati kita. Menundukkannya untuk taat kepada Allah Jalla wa Ala, berharap kepada-Nya, takut kepada-Nya, dan menundukkan diri kepada perintah-perintah-Nya. Semakin seseorang mengenal Allah, semakin ia takut kepada-Nya, semakin ia berharap karunia-Nya, semakin jauh dari memaksiati-Nya, dan semakin dekat pada taat pada-Nya. Sebagaimana firman-Nya إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang yang berilmu.” [Quran Fatir 28] Ibadallah, Ketika seseorang istiqomah dengan rasa harap dan rasa takut itu sampai Allah mewafatkannya, ia akan mendapatkan keutamaan yang besar, kebaikan yang luas, yang tidak diketahui kecuali oleh Allah Jalla fi Ula. Hendaknya kita bercita-cita memperolehnya. Diriwayatkan oleh at-Turmudzi dan selainnya dari Anas bin Malik radhiallahu anhu أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَى شَابٍّ وَهُوَ فِي المَوْتِ فَقَالَ كَيْفَ تَجِدُكَ؟ قَالَ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَرْجُو اللَّهَ، وَإِنِّي أَخَافُ ذُنُوبِي» ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَجْتَمِعَانِ فِي قَلْبِ عَبْدٍ فِي مِثْلِ هَذَا المَوْطِنِ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ مَا يَرْجُو وَآمَنَهُ مِمَّا يَخَافُ . Suatu hari Nabi shallallahu alaihi wa sallam menemui seorang pemuda yang tengah menghadapi kematian. Nabi bertanya, “Bagaimana keadaanmu?” Pemuda itu menjawab, “Demi Allah wahai Rasulullah, sesungguhnya aku berharap hanya kepada Allah dan aku takut akan dosa-dosaku.” Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak berkumpul dua hal tersebut dalam hati seseorang pada waktu demikian kecuali Allah berikan apa yang dia harapkan dan memberikannya rasa aman dari apa yang ia takutkan.” نسأل الله الكريم رب العرش العظيم بأسمائه الحسنى وصفاته العليا أن يصلح قلوبنا أجمعين ، اللهم آت نفوسنا تقواها ، وزكِّها أنت خير من زكاها ، أنت وليها ومولاها . أقول هذا القول وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنب؛ فاستغفروه يغفر لكم إنه هو الغفور الرحيم . Khutbah Kedua الحمد لله حمد الشاكرين ، وأُثني عليه ثناء الذاكرين ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله ؛ صلى الله وسلَّم عليه وعلى آله وصحبه أجمعين . أمَّا بعد أيها المؤمنون عباد الله اتّقوا الله تعالى . عباد الله Diriwayatkan oleh Imam at-Turmudzi dari Saad bin Abi Waqqash radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, دَعْوَةُ ذِي النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِي بَطْنِ الحُوتِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ ؛ فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ “Doanya Dzin Nun Nabi Yunus saat ia berada dalam perut iakn paus laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh zhaalimiin tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim. Tidaklah seorang muslim berdoa dengan doa ini dalam suatu permasalahan kecuali Allah akan mengabulkannya.” Ibadallah, Doa ini menggabungkan dua hal yang agung tauhid tauhid dan istighfar. Karena laa ilaaha illallaah adalah kalimat tauhid. Dan ucapannya inni kuntu minazh zhalimin sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim adalah pengakuan atas dosa. Dan hal ini memantaskan dia mendapatkan ampunan. Ibadallah, Tauhid membukan sekian banyak pintu raja’ bagi seorang hamba, di dunia dan akhirat. Sedang istighfar menutup pintu-pintu keburukan bagi seseorang. Alangkah besar faidahnya ketika seseorang mengisi kehidupannya dengan memperbanyak kalimat tauhid “laa ilaaha illallaah”, agar terbuka pintu-pintu kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat. Karena kalimat tauhid itu kunci seluruh kebaikan dan karunia. Kemudian perbanyak juga istighfar, agar suapaya tertutup pintu-pintu keburukan. Beruntunglah seseorang yang mendapati banyaknya istighfar dalam buku catatan amalnya. واعلموا -رعاكم الله- أنَّ أصدق الحديث كلام الله ، وخير الهدى هُدى محمد صلى الله عليه وسلم ، وشرَّ الأمور محدثاتها ، وكلَّ محدثةٍ بدعة ، وكل بدعةٍ ضلالة ، وعليكم بالجماعة فإنَّ يد الله على الجماعة. وصلُّوا وسلِّموا – رعاكم الله – على محمد بن عبد الله كما أمركم الله بذلك في كتابه فقال ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً﴾ [الأحزاب٥٦] ، وقال صلى الله عليه وسلم مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا . اللهم صلِّ على محمدٍ وعلى آل محمَّد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميدٌ مجيد ، وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميدٌ مجيد ، وارض اللهم عن الخلفاء الراشدين الأئمة المهديِّين ؛ أبي بكرٍ وعمرَ وعثمان وعلي ، وارض اللهم عن الصحابة أجمعين ، وعن التابعين ومن تبعهم بإحسانٍ إلى يوم الدين ، وعنَّا معهم بمنك وكرمك وإحسانك يا أكرم الأكرمين . اللهم أعزَّ الإسلام والمسلمين ، اللهم انصر من نصر دينك وكتابك وسنة نبيك محمدٍ صلى الله عليه وسلم ، اللهم انصر إخواننا المسلمين المستضعفين في كل مكان ، اللهم كن لهم ناصرًا ومُعينا وحافظًا ومؤيِّدا ، اللهم وعليك بأعداء الدين فإنهم لا يعجزونك ، اللهم إنَّا نجعلك في نحورهم ونعوذ بك اللهم من شرورهم . اللهم آمنَّا في أوطاننا، وأصلح أئمتنا وولاة أمورنا ، واجعلهم هداةً مهتدين . اللهم آتِ نفوسنا تقواها ، وزكها أنت خير من زكاها ، أنت وليُّها ومولاها ، اللهم إنا نسألك الهدى والتقى والعفة والغنى . اللهم اغفر لنا ولوالدينا ولمشايخنا ولولاة أمرنا وللمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات . ربنا إنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين . ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار . وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين . Oleh tim InsyaAllah, tidak ada eskalasi lebih lanjut. August, 05 2022 Gamal berharap kerja sama yang berlangsung hingga tahun 2027 tersebut dapat terjalin dengan baik. August, 05 2022 Di pulau Saboyang saat ini hanya memiliki dua guru SD berstatus PNS dan dua guru berstatus tenaga sukarela. August, 05 2022. Opini - Harapan sangat erat ikatannya dengan keyakinan. Berharap, dengan kata dasar harap dan ditambah imbuhan ber- yang terbentuk menjadi sebuah kata kerja. Yakni kita bekerja dengan akal dan hati kita untuk menggantungkan harapan yang kita miliki kepada Sang Pencipta agar apa yang kita harapkan dapat terwujud. Selain itu Ia menyakini bahwa ada Zat yang berkuasa atas apa yang kita harapkan yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan, misalnya Iskhaq mengharapkan lulus Ujian mengemudi, tetapi tidak ada usaha dari seorang Iskhaq untuk belajar mengemudi, Bagaimana mungkin Iskhaq lulus dalam ujian mengemudi. Harapan merupakan bagian dari fitrah manusia yang tidak mungkin ditinggalkan oleh setiap manusia. Orang yang tidak mempunyai suatu harapan pada hakekatnya adalah manusia yang mati, mengingat harapan merupakan titik awal manusia untuk selalu berkembang menuju kehidupan yang lebih baik. Islam sendiri menganjurkan manusia untuk selalu berharap, namun dalam islam yang dimaksud berharap yaitu berharap pada kemurahan Allah SWT, mengingat Allah SWT adalah tuhan yang maha kuasa atas segalanya. Allah SWT berfirman dalam surat Al insyirah ayat 8 وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ “Dan hanya kepada Tuhanmulah Allah SWT hendaknya kamu berharap”. Qs Al Insyirah 8 Berdasarkan firman Allah SWT diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa Islam menganjurkan manusia untuk selalu berharap pada Allah SWT. Allah memerintahkan kita agar hanya kepada Allah saja hendaknya kita berharap. Oleh karena itu Imam Baihaqi menyebutkan dalam kitab beliau “Syu’ab Al Iman” bahwa berharap pada Allah merupakan cabang iman ke 12. Jadi kalau kita tidak berharap pada Allah atau sedikit harapan kita pada Allah berarti tidak sempurna imannya. Kalau kita tidak berharap pada Allah berarti ada dua masalah Pertama, kita akan berdosa karena berharap pada Allah merupakan perintah Allah,seperti yang tertera pada firman Allah diatas “ dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.QS Al Insyirah 8. Kedua, kita akan terpentok dalam hidup, sering putus asa, dam kehilangan solusi karena tidak ada yang dianggap bisa menyelesaikan kasus atau memberikan solusi. Allah SWT kembali berfirman dalam surat Al baqarah ayat 218 إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ أُوْلاَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللهِ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُ Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. Al-Baqarah 218 Firman Allah diatas kembali memberitahukan pada kita bahwa islam menganjurkan umat muslim untuk senantiasa berharap akan rahmat Allah. Islam berpendapat bahwa jika seseorang mempunyai suatu harapan maka seseorang tersebut harus melakukan 3 tiga hal untuk mewujudkan harapan tersebut, yakni Ikhtiar Usaha Ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Ikhtiar harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya. Akan tetapi, jika usaha tersebut gagal, hendaknya kita tidak berputus asa. Kita sebaiknya mencoba lagi dengan lebih keras dan tidak berputus asa. Agar ikhtiar atau usaha kita dapat berhasil dan sukses, hendaknya melandasi usaha tersebut dengan niat ikhlas untuk mendapat ridha Allah, berdoa dengan senantiasa mengikuti perintah Allah yang diiringi dengan perbuatan baik. Doa Disamping kita melakukan usaha-usaha untuk mewujudkan harapan tersebut, kita juga tidak boleh melupakan doa. Menurut bahasa do'a berasal dari kata "da'a" artinya memanggil. Sedangkan menurut istilah syara' do'a berarti "Memohon sesuatu yang bermanfaat dan memohon terbebas atau tercegah dari sesuatu yang memudharatkan. Pada hakekatnya segala sesuatu di dunia ini merupakan bentuk dari kekuasan Allah SWT, jadi kita di dunia ini hanyalah seorang budak yang lemah, hina, dan tak punya apa-apa, Oleh karenanya kita membutuhkan pertolongan dari Allah SWT. AllahSWT adalah Rabb sang Pencipta ummat manusia dan seluruh makhluk di dunia ini. Dia Maha Mendengar Doa para hamba-Nya. Dialah Allah Khalik di alam semesta ini. Apabila seseorang hanya berharap kepada Allah, maka Inshaa Allah apapun hasilnya, kita akan pasrah dan tenang, karena itu sudah kehendak-Nya. Seseorang akan menyerahkan seluruh urusannya kepada Allah. Sekalipun yang diterima adalah berlawanan dengan apa yang diinginkannya. Jangan berharap pada manusia, cukuplah pada Allah Kali ini penulis ingin membagikan kisah hikmah “Berharap Hanya kepada Allah SWT semata!“. Kisah nyata nasehat Rasulullah SAW kepada cucunya yakni Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib, putra Fatimah Azzahra. Seperti yang kita ketahui bahwa beliau Hasan adalah Saudara kandung dari Husein Bin Ali Bin Abi Thalib. Bagi anda yang sering kecewa karena mengharapkan sesuatu dari seseorang, misalnya dari relasinya, teman dekatnya, sahabatnya, saudaranya, dan lain-lain, Anda perlu merenungi kisah Cucu Rasulullah yang mengalami kesusahan kemudian mendapat nasehat dari Rasulullah SAW yang berbunyi “Apakah kamu berharap kepada selain Allah?, padahal Allah lah tempat berharap yang sesungguhnya”. Inti isi artikel kisah hikmah ini agar kita hanya berharap dan bergantung kepada Allah semata, tunggulah kejutan-kejutan yang akan Allah berikan apakah kontan di dunia, bisa juga ditunda di akhirat. Nasehat Rasulullah ” Berharap Hanya kepada Allah SWT” Adapun yang melandasi nasehat Rasulullah SAW tersebut cerita lengkapnya sebagai berikut Alkisah, di masa Kekhalifahan Mu’awiyah, pernah di saat itu seorang Hasan yang notabene adalah cucu dan kekasih rasulullah diberikan ujian berat selama bertahun-tahun oleh Allah SWT yang ujian itu adalah KEMELARATAN / KEMISKINAN / KESUSAHAN HARTA. Beliau mengalami, hidup di dunia yang sangat berat bahkan hendak makan pun sulit tidak ada. Alhasil, beliau sehari-harinya merasakan lapar. Hasan bersabar bertahun-tahun sebab Khalifah Mu’awiyah pun juga belum membayar ukhro/gaji-nya yang totalnya sudah senilai Dirham. Sampai di suatu ketika, Hasan merasa sudah maksimal bertahan hidup, dia pun berkehendak menulis surat kepada sang Khalifah. Ia pun mulai menulis surat, namun hatinya pun merasa sungkan jika surat itu betul-betul nanti dibaca oleh khalifah. ” Rasa malu yang luar biasa padahal hendak meminta haknya, sungguh sifat asli Muslim Sejati“. Tidak rakus, malu, dan menghormati orang lain meskipun hendak meminta haknya sendiri. Pada kondisi bimbang, Hasan tertidur. Dan dalam tidurnya ia bertemu dengan kakeknya yakni Rasulullah SAW diceritakan di beberapa hadits shohih bahwa jika bermimpi bertemu Rasulullah maka itu adalah nyata, karena Iblis & para setan tidak mampu menyerupai wajah/fisik beliau. Pada kesempatan itu, Hasan pun bercerita & berkeluh kesah kepada kakeknya tercinta. Ia betul-betul merasakan kesedihan. Lalu Rasulullah pun memberikan nasehat, yang justru isi nasehatnya sangat mengejutkan. Yaitu “Wahai Hasan, apakah kamu bergantung kepada selain Allah?, padahal Allah lah tempat bergantung yang sesungguhnya. Wahai Hasan, apakah kamu berharap kepada selain Allah?. Kenapa kamu meminta kepada selain Allah, padahal Allah-lah tempat meminta”. Sangat mengejutkan, Rasulullah tidak menyuruh Hasan protes pada Khalifah, tapi justru menasehati agar Hasan bersabar dan hanya memberikan harapan pada Allah semata. Kemudian rasulullah mengajari sebuah doa kepada Hasan sebagai berikut اللَّهُمَّ اقْذِفْ فِي قَلْبِي رَجَاءكَ ، وَاقْطَعْ رَجَائِي عَنْ مَنْ سِوَاكَ حَتَّى لا أَرْجُو أَحَدًا غَيْرَكَ ، اللَّهُمَّ وَمَا ضَعَُفَتْ عَنْهُ قُوَّتِي ، وَقَصَُرَ عَنْهُ عَمَلِي ، وَلَمْ تَنْتَهِ إِلَيْهِ رَغْبَتِي ، وَلَمْ تَبْلُغْهُ مَسْأَلَتِي ، وَلَمْ يَجْرِ عَلَى لِسَانِي مِمَّا أَعْطَيْتَ أَحَدًا مِنَ الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ مِنَ الْيَقِينِ ، فَخُصِّنِي بِهِ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ “Yaa Allah, penuhilah hatiku dengan harapan hanya kepada-MU. Dan tutuplah setiap hal yang bisa membuatku berharap pada selain Engkau. Yaa Allah, jadikan aku hanya bergantung kepadaMU & tutuplah setiap hal yang bisa membuatku bergantung kepada selain-MU. Yaa Allah, penuhilah dadaku dengan keyakinan bahwa hanya Engkaulah yang menolongku, yang mengabulkan harapan-harapanku. Tidak ada yang lain”. Hasan pun terbangun dari tidurnya, ia membatalkan niat berkirim surat kepada sang khalifah. Ia pun memperbanyak doa yang telah diajari oleh Rasulullah. Menata hatinya hanya bergantung dan berharap hanya kepada Allah saja. Terus menerus ia berdoa dengan keyakinan penuh bahwa doanya pasti dikabulkan oleh Allah. Seorang cucu Rasulullah pun diberikan ujian berat yang berupa kemiskinan harta. Dengan sabar ia menjalani. Hingga seminggu kemudian, setelah hasan terus menerus berdoa penuh keyakinan. Datanglah seorang utusan menghadap pada Hasan Bin Abi Thalib, utusan tersebut menyerahkan uang senilai 1,5 juta Dirham. Maa Syaa Allah, Allah selalu memberikan kejutan luar biasa kepada setiap Hamba-Nya yang bergantung hanya kepada-Nya. Yang ridho menjalani setiap ujian-Nya meskipun sangat berat. Bukan perkara nilai uang yang diberi Allah melebihi dari kebutuhannya Hasan. Tapi, pertolongan Allah yang harus diyakini setiap saat. Dan Allah selalu menolong dengan cara-Nya. Selama seorang hamba selalu bersabar, & hanya berharap kepada-Nya. Mengingat sebuah hadits yang berbunyi “Barangsiapa dicintai Allah dan akan diberikan kebaikan, maka terlebih dahulu akan diberikan musibah kepadanya”. Maka, setiap kita susah dan selama masih beriman kepada Allah & Rasul-Nya maka itu berarti kita masih dicintai oleh Allah. Kesedihan Hasan pun diganti oleh kebahagiaan. Allah tidak memberinya sesuai keinginannya yaitu Dirham, tapi Allah memberinya yang jauh lebih baik & sempurna yaitu 1,5juta Dirham. Betapa cintanya Allah kepada kita sehingga Alhamdulillah, Allah masih memberikan ujian yang mungkin kita rasakan begitu berat. Bagaimanapun susahnya hidup kita, Allah masih memberi nikmat yang sempurna yang disebut HIDAYAH. Dengan hidayah itulah berarti Allah masih mencintai merahmati kita, siapakah orang yang tidak bahagia dicintai oleh Tuhannya?. Dengan hidayah itu, hidup yang sekali ini kita bisa menetapi agama yang diridhoi-Nya, bisa beribadah dengan cara sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya, bisa taat kepada Allah, kepada Rasulullah, dan kepada para ulil amri dengan benar, serta yang luar biasa adalah dengan Hidayah ini maka Allah nanti akan mengganti dengan Surga yang nyata, In Syaa Allah Aljannatul Firdaus. Sungguh kepedihan yang kita rasakan akan berganti dengan kenikmatan yang kekal abadi selamanya. Maka berhentilah berharap kepada selain Allah. Maka jangan lagi bergantung kepada selain Allah. Maka yakinlah 100% hanya kepada Allah, bahwa Allah PASTI mengabulkan doa kita bhkn menggantinya dengan lebih baik & sempurna. Maka cukuplah mencintai Allah dg sempurna, maka Allah akan mencintai kita lebih sempurna & memberikan cinta-cinta yg sempurna utk kita. Tetaplah bersabar wahai orang-orang yang beriman kepada Allah, Rasulullah, & Hari Akhir. وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِ‌ۚ وَإِنَّہَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَـٰشِعِينَ “Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan Shalat. Dan sesungguhnya hal itu sungguh berat, kecuali atas orang-orang yang merendahkan diri.” 2 / Al Baqarah 46. ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّہُم مُّلَـٰقُواْ رَبِّہِمۡ وَأَنَّهُمۡ إِلَيۡهِ رَٲجِعُونَ “Orang-orang yang yakin bahwa mereka akan bertemu dengan Tuhan mereka dan bahwa kepada-Nya juga mereka akan kembali. 2 / Al Baqarah 47. ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِينَ “Hai orang-orang yang beriman ! Mohonlah pertolongan dengan sabar dan Shalat; sesungguhnya, Allah beserta orang-orang yang sabar.” 2 / Al Baqarah 154. أُوْلَـٰٓٮِٕكَ عَلَيۡہِمۡ صَلَوَٲتٌ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٌۖ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ yakni, “Mereka itulah yang dilimpahi berbagai berkah dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah yang mendapat petunjuk. 2 / Al Baqarah 158 Note Jika mencintai manusia, belum tentu cintamu dibalas dengan sempurna. Namun jika bisa mencintai Allah sepenuh hatimu, DIA pasti membalasmu dengan cinta-cinta yg luar biasa dan sangat sempurna. Allah mencintai Hamba-Nya dengan cara-Nya meskipun kadang terasa pedih dan menyakitkan. Semoga Allah selalu mendekatkan kita kepada orang-orang yang sangat mencintai Allah. Semoga kita selalu bisa memberikan cinta-cinta seutuhnya hanya kepada Allah semata. Semoga Allah mengqodar kita menjadi orang yang hanya bergantung dan berharap kepada-NYA. Semoga saya bisa menjadi orang yg selalu bersabar. Semoga kita bisa memberikan cinta seutuhnya kepada Allah semata, dan mencintai pun hanya karena Allah saja. Berharap Hanya kepada Allah ! MengajiQuranHadits MengamalkanQuranHadits MenghidupkanSunnah MemurnikanIslam MenegakkanSyariat ——————————————- Materi Nasehat di atas merupakan ringkasan nasehat Ust. Fuad Bin KH. Kasmudi Assiddiqi saat pengajian saat i’tikaf malam 23 Ramadhan 1437 H di Gresik Utara yang dirangkum oleh Ferry Kurro. لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ “Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya dimintai pertanggungjawaban tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan kemana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya”. HR Tirmidzi dan ad Darimi. Mari kita terus belajar dan berusaha meningkatkan tawakkal kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa, Yang Mengabulkan doa dan kita berusaha hanya berharap kepada Allah SWT semata!
\n \n \n\n berharap hanya pada allah
Yangterpenting ia melakukannya hanya untuk kesenangan dan kepentingan dirinya semata. Allah berfirman dalam hadits qudsi, "Demi kemulian-Ku, Aku tidak akan menghimpun dua rasa takut dan dua rasa aman pada diri seorang hamba. Jika ia takut kepada-Ku di dunia, maka Aku akan memberikannya rasa aman di Hari Kiamat.
Berharaplah hanya kepada Allah, karena hanya Allah lah yang tidak akan pernah mengecewakanmu. Jangan berharap kepada manusia, karena engkau akan kecewa. Imam Syafi’i mengatakan, “Ketika hatimu terlalu berharap pada seseorang, maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya pengharapan supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui orang yang berharap pada selain-Nya, Allah menghalangi dari perkara tersebut semata agar ia kembali berharap kepada Allah.” Maka, apabila kita memiliki harapan kepada sesama manusia, kembalilah berharap itu kepada Allah SWT. Kenapa? Karena kalau kita terlalu berharap pada manusia, kita pasti akan kecewa. Sebagaimana Ali bin Abi Thalib ra. pernah bersabda, “Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.” Berharaplah hanya pada hanya pada Allah Ta’ala, Dzat yang paling tinggi. Tak ada yang menandingi. Sebagaimana Allah berfirman, “Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap,” QS. Al-Insyirah 8 Allah Ta’ala pun berfirman “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” QS. Al-Insyirah 5-6. Ini merupakan kabar gembira yang sangat besar, bahwa ketika ditemui sebuah kesulitan pasti akan diiringi dengan kemudahan. Sampai-sampai, andaikan kesulitan itu masuk ke lubang biawak, niscaya kemudahan pun akan masuk ke dalamnya kemudian mengeluarkannya. Sebagaimana yang tertera dalam firman Allah Ta’ala, “…Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” QS. Ath-Thalaq 7 Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda “Sesungguhnya bersama kesedihan itu ada jalan keluar dan bersama kesulitan itu ada kemudahan.” HR. Ahmad. Hal ini pun diperkuat tafsir dari Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di yang menyatakan, satu kesulitan tidak akan pernah mungkin mengalahkan dua kemudahan. Dalam hadits lainnya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Tidaklah seorang Mukmin ditimpa rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapus dosa-dosanya dengan sebab itu.” HR. Muslim, Ini semua lagi-lagi menjadi bukti bahwa kesulitan yang dihadapi manusia tidak akan selamanya. Ibarat hujan, ia akan berhenti dan melengkungkan warna indah pelangi. Ketika kita dilanda kesedihan, perbanyak istighfar mampu menjadi jalan kesembuhan bagi kesedihan kita. Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Barangsiapa memperbanyak istighfar mohon ampun kepada Allah niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar, dan untuk setiap kesempitannya kelapangan, dan Allah akan memberinya rizki yang halal dari arah yang tidak disangka-sangka.” HR. Ahmad, Al Musnad Umar bin Khattab radhiyallahu anhu pun pernah bersabda, “Sebaik-baiknya kehidupan yang kami dapati adalah dengan kesabaran.” Karena kesabaran mampu menyentuh langit dan menurunkan kasih sayang Allah Ta’ala kepada kita, sehingga Dia hilangkan kesulitan dan kedukaan kita karenanya. Astaghfirullah! Ya Allah, ampuni hamba yang terlalu berharap kepada selain-Mu. Kau telah timpakan pedihnya pengharapan selain kepada-Mu. Ya Allah, izinkanlah kami untuk selalu berharap kepada-Mu ya Rabb, agar kami terhindar dari kekecewaan karena terlalu berharap kepada selain-Mu. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu berharap hanya kepada Allah. Hits 9966 Sri Wahyuni Continue Reading AqilaLove Storykarya JBlack#arimey #aqilalovestory #ceo #bintang #gairahcintasangceo#novelromantis#novelromantisbikinbaper#novelcinta#novelpopuler#novelpopu
Berharap hanya kepada Allah. Foto muslimmatters Oleh Abdullah Mahmud Keseimbangan dalam hidup itu suatu keniscayaan. Optimisme tanpa usaha hanya angan-angan. Usaha tanpa optimisme bisa menimbulkan pesimisme. Apalagi dalam suasana COVID-19 yang serba sulit dewasa ini. Suami, pagi bergerak mencari nafkah untuk keluarganya mengikuti pola gerak matahari, Maghrib pulang. Berharap mendapat rezeki yang halal seperti kata Nabi ﷺ اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا » “Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya,” HR. Abu Dawud. Karena itu beliau ﷺ memberikan permisalan menarik لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ ، لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً » “Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang,” HR. Ahmad, At-Turmudzi dan Ibnu Majah. Shahih. Subhanallah, lihatlah burung-burung itu pagi sudah bergerak, berkicau. Sejauh mereka terbang, Maghrib sudah pulang. Sebelum Subuh sudah bangun. Kecuali burung hantu, hehe. Karena burung hantu itu seperti anjing, Maghrib mulai menggonggong menjelang Subuh tidur dia. Beda dengan kambing, Mahgrib pulang dan sebelum Subuh sudah bangun, begitu pula ayam. Manusia perlu mengikuti keseimbangan itu, apalagi dalam keimanan. Para ulama menyebutkan bahwa inti aqidah itu ada tiga; Pertama, rasa cinta di atas segalanya kepada Allah. Kedua, rasa takut yang menjadikan orang itu berhati-hati agar mengikuti perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah. Ketiga, rasa harap optimisme kepada Allah agar hidupnya bahagia dan selamat akhiratnya. Ibarat burung, badannya itu rasa cinta; sayap kirinya itu rasa takut dan sayap kanannya itu rasa harap. Karena kesimbangan, terbanglah burung itu. اَوَلَمْ يَرَوْا اِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صٰۤفّٰتٍ وَّيَقْبِضْنَۘ مَا يُمْسِكُهُنَّ اِلَّا الرَّحْمٰنُۗ اِنَّهٗ بِكُلِّ شَيْءٍۢ بَصِيْرٌ “Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya di udara selain Yang Maha Pengasih. Sungguh, Dia Maha Melihat segala sesuatu,” QS. Al-Mulk, 19. Begitulah orang mukmin, bila tiga unsur itu ada pada dirinya imannya terbang keharibaan Allah. Sujud dan tunduklah dia di hadapan Allah. Berharap kepada Allah itu dasarnya adalah berbaik sangka kepada Allah husnuzhzhan. Allah berfirman اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. QS. Al-Baqarah [2] 218. ثُمَّ اِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِيْنَ هَاجَرُوْا مِنْۢ بَعْدِ مَا فُتِنُوْا ثُمَّ جَاهَدُوْا وَصَبَرُوْاۚ اِنَّ رَبَّكَ مِنْۢ بَعْدِهَا لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ “Kemudian Tuhanmu pelindung bagi orang yang berhijrah setelah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan bersabar, sungguh, Tuhanmu setelah itu benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang,” QS. An-Nahl [16] 110. Artinya, orang yang berharap kepada Allah itu selain berharap lewat optimisme dan doa juga harus bekerja keras berbuat baik secara maksimal. Makruf Al-Karkhi berkata “Harapanmu memperoleh rahmat Allah tanpa kamu mentaatiNya, itu adalah kehinaan dan kebodohan.” Hasan Al-Bashri berpendapat “Ada orang orang yang terpancang oleh angan angannya untuk memperoleh ampunan Allah, tapi sampai mati meninggalkan dunia tidak sempat bertaubat. Dia berkata aku bersangka baik kepada Tuhanku. Bohong dia. Kalau betul dia berbaik sangka kepada Allah pasti dia banyak beramal. Beliau berkata lagi; “Lebih baik kamu bergaul dengan kaum yang takut kepada Allah sampai kamu merasa aman, dari pada bergaul dengan kaum yang bikin kamu aman pada hal ujungnya ketakutan.” Makanya orang berperasangka baik kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka dia akan menyadari untuk bertaubat, beristighfar, menyesali masa lalunya yang hitam, meningkatkan iman dan amal shalih, اِلَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَاُولٰۤىِٕكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنٰتٍۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا “Kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang,” QS. Al-Furqan [25] 70. Aisyah radhiyallahu anha, istri Rasulullah ﷺ, menceritakan ketika bertanya kepada Rasulullah tentang QS. Al-Mukminun [23] 60-61, وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَآ اٰتَوْا وَّقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ اَنَّهُمْ اِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُوْنَ 60 اُولٰۤىِٕكَ يُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَهُمْ لَهَا سٰبِقُوْنَ 61 “dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan sedekah dengan hati penuh rasa takut karena mereka tahu bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya, mereka itu bersegera dalam kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya.” Apakah yang dimaksud itu mereka yang minum khamer dan mencuri? Nabi ﷺ menjawab لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ ! وَلَكِنَّهُمْ الَّذِينَ يَصُومُونَ ، وَيُصَلُّونَ ، وَيَتَصَدَّقُونَ ، وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا يُقْبَلَ مِنْهُمْ ، أُولَئِكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ » “Tidak wahai putri Ash-Shiddiq. Tetapi mereka yang berpuasa, shalat, bersedekah, dan mereka takut amalnya itu tidak diterima karena itu mereka bergegas dalam banyak kebaikan yang lain,” HR. At-Turmudzi dan Ibnu Majah. Shahih. Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu menceritakan bahwa Nabi ﷺ mengunjungi pemuda yang sedang dalam sakaratul maut. Beliau bersabda “Bagaimana keadaanmu? Dia berkata; Demi Allah wahai Rasulullah, aku berharap kepada Allah tapi takut terhadap dosa-dosaku. Maka Rasulullah ﷺ bersabda لا يجتَمِعانِ في قلبِ عبدٍ في مثلِ هذا الموطِنِ إلَّا أعطاهُ اللَّهُ ما يرجو وآمنَهُ ممَّا يخافُ » “Dua hal itu tidak akan berkumpul dalam diri orang mukmin dalam suasana seperti ini, melainkan Allah akan memberinya apa yang dia harapkan, dan memberinya keamanan dari rasa takutnya,” HR. At-Turmudzi dan Ibnu Majah. Shahih. Karena itu ketika Muadz bin Jabal akan wafat akibat dari wabah kolera, beliau banyak berharap kepada Allah dalam keadaan akan wafat. Semoga itu menjadi pelajaran bagi mereka yang akan wafat agar dapat husnul khatimah. Amin.
Danapabila kita telah benar-benar hanya bergantung kepada Allah, maka bererti kita tidak akan pernah meminta sedikit pun kepada selain Allah. Dalam kehidupan kita di dunia, khususnya dalam memenuhi apa yang menjadi hajat hidup kita, masih ada dari kita yang kadang bergantung dan berharap pada makhluk, kerana itu sebagian dari kita sering
Ceramah Jangan Berharap Banyak Sama Makhluk Kita pasti pernah berharap siapapun. Misalnya berharap bantuan peningkatan honor? Berharap penawaran spesial jabatan? Berharap dicintai balik? Namun, apa yang kita rasakan ketika cita-cita tersebut tidak terwujud? Atau hanya menjadi lamunan semata? Pastinya kecewa, duka dan murka kan? Kenapa hal itu bisa terjadi? Mempunyai cita-cita dan harapan ialah hal yang wajar . Namun jika berharap lebih kepada Selain Allah, maka kita akan selalu mempertimbangkan itu bahkan sampai terobsesi dan lupa pada kenyataan. Jika telah lupa pada realita akan membuat logika sehat kita tertutup. Padahal realita tidak senantiasa indah. Bisa saja cita-cita tersebut sirna dan menciptakan tertekan dan kecewa. Lalu seharusnya apa yang harus dilakukan supaya tidak terlampau mengharapkan bantuan sama selain Allah? biar mencegah rasa kecewa dan marah? terlebih dikala impian selama ini tak menjadi realita? Rasa kecewa muncul apabila menggantungkan cita-cita yang terlalu tinggi pada orang lain. Padahal orang Lain memiliki kelemahan. Mereka sama seperti kita, makhluk tak berdaya tak berkekuatan kecuali atas izin Allah SWT. Karena itu mari kita minimalkan mengharap . Cukup Allah saja. Sayyidina Ali pernah berkata “Aku telah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia.” Ali bin Abi Thalib Imam Syafi’i berkata “Ketika kamu berlebihan berharap pada seseorang, maka Allah akan timpakan padamu pedihnya keinginan-keinginan kosong. Allah tak suka kalau ada yang berharap pada selain Dzat-Nya, Allah menghalangi cita-citanya agar beliau kembali berharap hanya terhadap Allah SWT.” Sebaik-baiknya berharap hanyalah kepada Allah Allah berfirman dalam surat Al insyirah ayat 8 وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ “dan cuma kepada Rabb-mu hendaknya kamu berharap” Pernahkah kita berdoa meminta pada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Allah SWT adalah Rabb sang Pencipta ummat insan dan seluruh makhluk di dunia ini. Dia Maha Mendengar Doa para hamba-Nya. Dialah Allah Khalik di alam semesta ini. Apabila seseorang cuma berharap kepada Allah, maka Inshaa Allah apapun balasannya, kita akan pasrah dan damai, alasannya adalah itu sudah kehendak-Nya. Seseorang akan menyerahkan seluruh urusannya kepada Allah. Sekalipun yang diterima bertentangan dengan apa yang diinginkannya. Firman Jangan Berharap Banyak dari Orang Lain, cukuplah pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu Alam.
TMfKyt.
  • c9ysjpygns.pages.dev/496
  • c9ysjpygns.pages.dev/90
  • c9ysjpygns.pages.dev/175
  • c9ysjpygns.pages.dev/196
  • c9ysjpygns.pages.dev/481
  • c9ysjpygns.pages.dev/374
  • c9ysjpygns.pages.dev/86
  • c9ysjpygns.pages.dev/48
  • berharap hanya pada allah