Berharaplah hanya kepada Allah, karena hanya Allah lah yang tidak akan pernah mengecewakanmu. Jangan berharap kepada manusia, karena engkau akan kecewa. Imam Syafi’i mengatakan, “Ketika hatimu terlalu berharap pada seseorang, maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya pengharapan supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui orang yang berharap pada selain-Nya, Allah menghalangi dari perkara tersebut semata agar ia kembali berharap kepada Allah.” Maka, apabila kita memiliki harapan kepada sesama manusia, kembalilah berharap itu kepada Allah SWT. Kenapa? Karena kalau kita terlalu berharap pada manusia, kita pasti akan kecewa. Sebagaimana Ali bin Abi Thalib ra. pernah bersabda, “Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.” Berharaplah hanya pada hanya pada Allah Ta’ala, Dzat yang paling tinggi. Tak ada yang menandingi. Sebagaimana Allah berfirman, “Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap,” QS. Al-Insyirah 8 Allah Ta’ala pun berfirman “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” QS. Al-Insyirah 5-6. Ini merupakan kabar gembira yang sangat besar, bahwa ketika ditemui sebuah kesulitan pasti akan diiringi dengan kemudahan. Sampai-sampai, andaikan kesulitan itu masuk ke lubang biawak, niscaya kemudahan pun akan masuk ke dalamnya kemudian mengeluarkannya. Sebagaimana yang tertera dalam firman Allah Ta’ala, “…Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” QS. Ath-Thalaq 7 Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda “Sesungguhnya bersama kesedihan itu ada jalan keluar dan bersama kesulitan itu ada kemudahan.” HR. Ahmad. Hal ini pun diperkuat tafsir dari Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di yang menyatakan, satu kesulitan tidak akan pernah mungkin mengalahkan dua kemudahan. Dalam hadits lainnya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Tidaklah seorang Mukmin ditimpa rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapus dosa-dosanya dengan sebab itu.” HR. Muslim, Ini semua lagi-lagi menjadi bukti bahwa kesulitan yang dihadapi manusia tidak akan selamanya. Ibarat hujan, ia akan berhenti dan melengkungkan warna indah pelangi. Ketika kita dilanda kesedihan, perbanyak istighfar mampu menjadi jalan kesembuhan bagi kesedihan kita. Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Barangsiapa memperbanyak istighfar mohon ampun kepada Allah niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar, dan untuk setiap kesempitannya kelapangan, dan Allah akan memberinya rizki yang halal dari arah yang tidak disangka-sangka.” HR. Ahmad, Al Musnad Umar bin Khattab radhiyallahu anhu pun pernah bersabda, “Sebaik-baiknya kehidupan yang kami dapati adalah dengan kesabaran.” Karena kesabaran mampu menyentuh langit dan menurunkan kasih sayang Allah Ta’ala kepada kita, sehingga Dia hilangkan kesulitan dan kedukaan kita karenanya. Astaghfirullah! Ya Allah, ampuni hamba yang terlalu berharap kepada selain-Mu. Kau telah timpakan pedihnya pengharapan selain kepada-Mu. Ya Allah, izinkanlah kami untuk selalu berharap kepada-Mu ya Rabb, agar kami terhindar dari kekecewaan karena terlalu berharap kepada selain-Mu. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu berharap hanya kepada Allah. Hits 9966 Sri Wahyuni Continue Reading
AqilaLove Storykarya JBlack#arimey #aqilalovestory #ceo #bintang #gairahcintasangceo#novelromantis#novelromantisbikinbaper#novelcinta#novelpopuler#novelpopu
Berharap hanya kepada Allah. Foto muslimmatters Oleh Abdullah Mahmud Keseimbangan dalam hidup itu suatu keniscayaan. Optimisme tanpa usaha hanya angan-angan. Usaha tanpa optimisme bisa menimbulkan pesimisme. Apalagi dalam suasana COVID-19 yang serba sulit dewasa ini. Suami, pagi bergerak mencari nafkah untuk keluarganya mengikuti pola gerak matahari, Maghrib pulang. Berharap mendapat rezeki yang halal seperti kata Nabi ﷺ اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا » “Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya,” HR. Abu Dawud. Karena itu beliau ﷺ memberikan permisalan menarik لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ ، لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً » “Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang,” HR. Ahmad, At-Turmudzi dan Ibnu Majah. Shahih. Subhanallah, lihatlah burung-burung itu pagi sudah bergerak, berkicau. Sejauh mereka terbang, Maghrib sudah pulang. Sebelum Subuh sudah bangun. Kecuali burung hantu, hehe. Karena burung hantu itu seperti anjing, Maghrib mulai menggonggong menjelang Subuh tidur dia. Beda dengan kambing, Mahgrib pulang dan sebelum Subuh sudah bangun, begitu pula ayam. Manusia perlu mengikuti keseimbangan itu, apalagi dalam keimanan. Para ulama menyebutkan bahwa inti aqidah itu ada tiga; Pertama, rasa cinta di atas segalanya kepada Allah. Kedua, rasa takut yang menjadikan orang itu berhati-hati agar mengikuti perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah. Ketiga, rasa harap optimisme kepada Allah agar hidupnya bahagia dan selamat akhiratnya. Ibarat burung, badannya itu rasa cinta; sayap kirinya itu rasa takut dan sayap kanannya itu rasa harap. Karena kesimbangan, terbanglah burung itu. اَوَلَمْ يَرَوْا اِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صٰۤفّٰتٍ وَّيَقْبِضْنَۘ مَا يُمْسِكُهُنَّ اِلَّا الرَّحْمٰنُۗ اِنَّهٗ بِكُلِّ شَيْءٍۢ بَصِيْرٌ “Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya di udara selain Yang Maha Pengasih. Sungguh, Dia Maha Melihat segala sesuatu,” QS. Al-Mulk, 19. Begitulah orang mukmin, bila tiga unsur itu ada pada dirinya imannya terbang keharibaan Allah. Sujud dan tunduklah dia di hadapan Allah. Berharap kepada Allah itu dasarnya adalah berbaik sangka kepada Allah husnuzhzhan. Allah berfirman اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. QS. Al-Baqarah [2] 218. ثُمَّ اِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِيْنَ هَاجَرُوْا مِنْۢ بَعْدِ مَا فُتِنُوْا ثُمَّ جَاهَدُوْا وَصَبَرُوْاۚ اِنَّ رَبَّكَ مِنْۢ بَعْدِهَا لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ “Kemudian Tuhanmu pelindung bagi orang yang berhijrah setelah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan bersabar, sungguh, Tuhanmu setelah itu benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang,” QS. An-Nahl [16] 110. Artinya, orang yang berharap kepada Allah itu selain berharap lewat optimisme dan doa juga harus bekerja keras berbuat baik secara maksimal. Makruf Al-Karkhi berkata “Harapanmu memperoleh rahmat Allah tanpa kamu mentaatiNya, itu adalah kehinaan dan kebodohan.” Hasan Al-Bashri berpendapat “Ada orang orang yang terpancang oleh angan angannya untuk memperoleh ampunan Allah, tapi sampai mati meninggalkan dunia tidak sempat bertaubat. Dia berkata aku bersangka baik kepada Tuhanku. Bohong dia. Kalau betul dia berbaik sangka kepada Allah pasti dia banyak beramal. Beliau berkata lagi; “Lebih baik kamu bergaul dengan kaum yang takut kepada Allah sampai kamu merasa aman, dari pada bergaul dengan kaum yang bikin kamu aman pada hal ujungnya ketakutan.” Makanya orang berperasangka baik kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka dia akan menyadari untuk bertaubat, beristighfar, menyesali masa lalunya yang hitam, meningkatkan iman dan amal shalih, اِلَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَاُولٰۤىِٕكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنٰتٍۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا “Kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang,” QS. Al-Furqan [25] 70. Aisyah radhiyallahu anha, istri Rasulullah ﷺ, menceritakan ketika bertanya kepada Rasulullah tentang QS. Al-Mukminun [23] 60-61, وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَآ اٰتَوْا وَّقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ اَنَّهُمْ اِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُوْنَ 60 اُولٰۤىِٕكَ يُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَهُمْ لَهَا سٰبِقُوْنَ 61 “dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan sedekah dengan hati penuh rasa takut karena mereka tahu bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya, mereka itu bersegera dalam kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya.” Apakah yang dimaksud itu mereka yang minum khamer dan mencuri? Nabi ﷺ menjawab لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ ! وَلَكِنَّهُمْ الَّذِينَ يَصُومُونَ ، وَيُصَلُّونَ ، وَيَتَصَدَّقُونَ ، وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا يُقْبَلَ مِنْهُمْ ، أُولَئِكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ » “Tidak wahai putri Ash-Shiddiq. Tetapi mereka yang berpuasa, shalat, bersedekah, dan mereka takut amalnya itu tidak diterima karena itu mereka bergegas dalam banyak kebaikan yang lain,” HR. At-Turmudzi dan Ibnu Majah. Shahih. Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu menceritakan bahwa Nabi ﷺ mengunjungi pemuda yang sedang dalam sakaratul maut. Beliau bersabda “Bagaimana keadaanmu? Dia berkata; Demi Allah wahai Rasulullah, aku berharap kepada Allah tapi takut terhadap dosa-dosaku. Maka Rasulullah ﷺ bersabda لا يجتَمِعانِ في قلبِ عبدٍ في مثلِ هذا الموطِنِ إلَّا أعطاهُ اللَّهُ ما يرجو وآمنَهُ ممَّا يخافُ » “Dua hal itu tidak akan berkumpul dalam diri orang mukmin dalam suasana seperti ini, melainkan Allah akan memberinya apa yang dia harapkan, dan memberinya keamanan dari rasa takutnya,” HR. At-Turmudzi dan Ibnu Majah. Shahih. Karena itu ketika Muadz bin Jabal akan wafat akibat dari wabah kolera, beliau banyak berharap kepada Allah dalam keadaan akan wafat. Semoga itu menjadi pelajaran bagi mereka yang akan wafat agar dapat husnul khatimah. Amin.
Danapabila kita telah benar-benar hanya bergantung kepada Allah, maka bererti kita tidak akan pernah meminta sedikit pun kepada selain Allah. Dalam kehidupan kita di dunia, khususnya dalam memenuhi apa yang menjadi hajat hidup kita, masih ada dari kita yang kadang bergantung dan berharap pada makhluk, kerana itu sebagian dari kita sering
Ceramah Jangan Berharap Banyak Sama Makhluk Kita pasti pernah berharap siapapun. Misalnya berharap bantuan peningkatan honor? Berharap penawaran spesial jabatan? Berharap dicintai balik? Namun, apa yang kita rasakan ketika cita-cita tersebut tidak terwujud? Atau hanya menjadi lamunan semata? Pastinya kecewa, duka dan murka kan? Kenapa hal itu bisa terjadi? Mempunyai cita-cita dan harapan ialah hal yang wajar . Namun jika berharap lebih kepada Selain Allah, maka kita akan selalu mempertimbangkan itu bahkan sampai terobsesi dan lupa pada kenyataan. Jika telah lupa pada realita akan membuat logika sehat kita tertutup. Padahal realita tidak senantiasa indah. Bisa saja cita-cita tersebut sirna dan menciptakan tertekan dan kecewa. Lalu seharusnya apa yang harus dilakukan supaya tidak terlampau mengharapkan bantuan sama selain Allah? biar mencegah rasa kecewa dan marah? terlebih dikala impian selama ini tak menjadi realita? Rasa kecewa muncul apabila menggantungkan cita-cita yang terlalu tinggi pada orang lain. Padahal orang Lain memiliki kelemahan. Mereka sama seperti kita, makhluk tak berdaya tak berkekuatan kecuali atas izin Allah SWT. Karena itu mari kita minimalkan mengharap . Cukup Allah saja. Sayyidina Ali pernah berkata “Aku telah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia.” Ali bin Abi Thalib Imam Syafi’i berkata “Ketika kamu berlebihan berharap pada seseorang, maka Allah akan timpakan padamu pedihnya keinginan-keinginan kosong. Allah tak suka kalau ada yang berharap pada selain Dzat-Nya, Allah menghalangi cita-citanya agar beliau kembali berharap hanya terhadap Allah SWT.” Sebaik-baiknya berharap hanyalah kepada Allah Allah berfirman dalam surat Al insyirah ayat 8 وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ “dan cuma kepada Rabb-mu hendaknya kamu berharap” Pernahkah kita berdoa meminta pada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Allah SWT adalah Rabb sang Pencipta ummat insan dan seluruh makhluk di dunia ini. Dia Maha Mendengar Doa para hamba-Nya. Dialah Allah Khalik di alam semesta ini. Apabila seseorang cuma berharap kepada Allah, maka Inshaa Allah apapun balasannya, kita akan pasrah dan damai, alasannya adalah itu sudah kehendak-Nya. Seseorang akan menyerahkan seluruh urusannya kepada Allah. Sekalipun yang diterima bertentangan dengan apa yang diinginkannya. Firman Jangan Berharap Banyak dari Orang Lain, cukuplah pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu Alam.
TMfKyt. c9ysjpygns.pages.dev/496c9ysjpygns.pages.dev/90c9ysjpygns.pages.dev/175c9ysjpygns.pages.dev/196c9ysjpygns.pages.dev/481c9ysjpygns.pages.dev/374c9ysjpygns.pages.dev/86c9ysjpygns.pages.dev/48
berharap hanya pada allah